Sabtu, 05 Juni 2010

Seni Sebagai Pemberi Identitas Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Bangsa

BAB I.

LATAR BELAKANG

Pendidikan harus membentuk nilai dan karakter bangsa yang kuat. Pendidikan di Indonesia tidak boleh hanya terkait dengan transfer ilmu dan teknologi, namun juga harus mampu membentuk nilai serta karakter bangsa. Terus pertanyaan kita “Karakter bangsa yang bagaimana yang kita cita-citakan”?

Sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 2, bahwa ”Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Begitu pula Ki Hajar Dewantara dengan sebutan Bapak Pendidikan Nasional, dengan sistem pendidikan yaitu sistem among, tujuan pendidikannya adalah (1) meningkatkan kemandirian, (2) menumbuhkan semangat dan rasa kebangsaan, dan (3) berakar pada kebudayaan nasional (dalam Fuad Hassan, 1989).

Dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar pendidikan suatu bangsa. Dari unsur-unsur kebudayaan yang universal, memang ada satu diantara ketujuh unsur kebudayaan bisa dikembangkan secara khusus, yaitu kesenian (Koentjaraningrat, 2004). Kesenian di Indonesia yang berciri kebhinekaan merupakan kekayaan yang tiada taranya. Mungkin orang berkata bahwa dalam hal ilmu dan teknologi kita masih tertinggal dibandingkan dengan perkembangan mutakhir, tapi mustahil ungkapan itu diterapkan dalam kehidupan kesenian kita (Fuad Hassan,1989).

1

Oleh karena itu kesenian yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa merupakan persoalan strategis, karena dapat menentukan kerangka budaya dan karakter bangsa untuk memperkokoh kepribadian bangsa dan ketahanan budaya nasional. Lebih lanjut disebutkan bahwa pengembangan karakter yang dituju adalah karakter yang memiliki fondasi yang kokoh dengan landasan nilai-nilai budaya bangsa yang adiluhung untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif (Rai, 2005). Pertanyaan selanjutnya adalah “Bagaimana Pengembangan Karakter Bangsa lewat Seni?”

BAB II

PERMASALAHAN

2. 1. Apakah Seni itu?

Seni adalah ekspresi jiwa manusia (seniman) yang diwujudkan dalam bentuk karya seni tertentu (kesenian). Sebagai salah satu unsur penting dari kebudayaan, kesenian berkaitan erat dengan unsur-usur kebudayaan yang lainnya. Pada dasarnya kesenian dapat digolongkan menjadi empat kelompok utama, yaitu: (1) seni pertunjukan; (2) seni rupa; (3) seni media rekam; (4) seni sastra. Masing-masing kelompok memliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri yang membedakannya antara kelompok seni yang satu dengan yang lainnya. Adapun ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Seni pertunjukan adalah seni yang ekspresinya dilakukan dengan jalan dipertunjukan, karenanya seni ini bergerak dalam ruang dan waktu. Oleh sebab seni pertunjukan bergerak dalam ruang dan waktu, maka ia merupakan seni yang sesaat, seni yang tidak awet dan hilang berlalu setelah seni itu dipentaskan. Seni pertunjukan meliputi seni tari, seni musik, seni pencak silat, dan seni drama (teater).

b. Seni rupa adalah seni yang ekspresinya tertuang ke dalam dua dan tiga dimensi, dan bentuk seni mempunyai rupa (visual) dan lazimnya bersifat statis. Wujud seni rupa meliputi seni lukis, seni patung, seni grafis, seni kriya, seni reklame, seni arsitektur, dan seni dekorasi.

c. Seni media rekam adalah seni audio visual yang wujudnya dihasilkan oleh adanya rekaman seni dengan menggunakan alat-alat elektronik. Seni media rekam meliputi film, video, dan seni audio komputer lainnya.

d. Seni sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Seni sastra meliputi: puisi, roman, cerita pendek, epik, lirik, termasuk juga seni resitasi (Bandem, 1996:1).

2

Berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik serta keunggulan-keunggulan yang dimiliki bidang kesenian tersebut di atas, maka kesenian yang merupakan salah satu bidang studi di sekolah-sekolah mulai diberikan dari tingkat pendidikan dasar sampai pada tingkat pendidikan menengah, bahkan sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Adanya materi bidang studi kesenian yang dipelajari pada kurikulum pendidikan dasar maupun pada pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi berfungsi untuk membekali generasi muda dengan nilai-nilai budaya, sikap serta pembentukan kepribadian yang diharapkan mampu melestarikan dan menghargai hasil karya budaya bangsanya dan dapat mempengaruhi pribadi yang mempunyai relevansi terhadap pendidikan serta dapat mewujudkan nilai apresiasi seni. Pencatuman seni dalam program-program pendidikan dapat difungsikan untuk membantu pendidikan, khususnya dalam usahanya untuk menumbuhkembangkan peserta didik agar menjadi utuh, dalam arti cerdas nalar serta rasa, sadar rasa kepribadian serta rasa sosial, dan cinta budaya bangsa sendiri maupun bangsa lain (Soehardjo, 2005). Lebih lanjut Wayan Rai ( 2008) menyebutkan bahwa seni mengandung keindahan bentuk dan isi. Yang dimaksud dengan keindahan bentuk adalah keindahan berupa wujud dari seni itu, sedangkan keindahan isi meyangkut nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang sifatnya abstrak

2.2. Peran Pendidikan Seni

Peran pendidikan seni dapat berfungsi sebagai pendekatan dalam belajar, sehingga melalui penerapan pendidikan seni dapat mengembangkan berbagai kemampuan dasar peserta didik untuk mencapai keseimbangan yang dikehendaki. Peran pendidikan seni secara tidak langsung dirasakan oleh peserta didik melalui pendekatan yang bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural (Diknas, 2006).

a. Peran Multidimensional

Peran pendidikan seni secara tidak langsung dirasakan oleh peserta didik melalui pendekatan yang bersifat multidimensional, yang berarti melalui pendidikan seni menumbuhkan dan mengembangkan berbagai kemampuan dasar peserta didik. Lowenfeld dan Brittain (dalam Kamaril, 1998) menjelaskan bahwa melalui kegiatan seni, peserta didik dapat mengembangkan berbagai kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk belajar. Konsep tersebut sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang dikemukakan oleh Herberd Read dalam bukunya, Education through Art.

b. Peran Multikultural

Melalui pendidikan seni dengan pendekatan multikultural menurut Gyorgy Kepes (dalam Sustiawati, 2008) menyebutkan, bahwa sifat multikultural berperan mengembangkan kepekaan sosial anak, menanamkan kesadaran akan adanya perbedaan dan keanekaragaman budaya. Pendidikan seni dengan pendekatan yang bersifat multikultural adalah menjalin, menghargai, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap keragaman budaya yang pluralis, baik budaya yang dimiliki maupun budaya orang lain. Paradigma yang hendak dikembangkan dalam pendidikan seni multikultural hendaknya bisa berkembang seiring dengan hak dan keragaman latar belakang peserta didik sebagai pribadi yang belajar bersama-sama, hendaknya saling menghargai toleransi, demokrasi dan hidup rukun dalam masyarakat budaya yang majemuk.

Multikultural berarti keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Keragaman diharapkan menjadi dasar pemersatu bangsa Indonesia, mengingat bangsa Indonesia memiliki keragaman etnis dengan pola tradisi idealisme yang berbeda-beda, yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Oleh sebab itu, peran pendidikan seni yang bersifat multikultural bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global. Diharapkan dengan kesadaran hidup akan terwujud suasana kehidupan bermasyarakat yang berkualitas, terbuka dan bijaksana.

c. Peran Multilingual

Seni merupakan bahasa, berarti pendidikan seni bertujuan mengembangkan kemampuan berekspresi dengan segala cara dengan memakai bahasa seni dan keterpaduannya. Peran pendidikan seni sifatnya multilingual. Melalui pendidikan seni peserta didik mampu berkomunikasi melalui beragam bahasa (baik verbal maupun nonverbal), diharapkan juga mampu memanfaatkan bahasa rupa, bunyi, gerak dan keterpaduannya. Goldberg (dalam Kamaril, C.1999) menyatakan bahwa seni adalah cermin hidup dan cermin realitas, termasuk hidup dan realitas anak (peserta didik) dalam seni terhadap bahasa estetika dan simbolis, yang mampu menghadirkan pencitraan terhadap suatu keadaan tertentu.

2.3. Seni Sebagai Identitas dan Perekat Bangsa

Identitas adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, lembaga atau bangsa lainnya, dengan adanya ciri-ciri yang berbeda itu maka akan muncul kekhasan serta keunikan tersendiri sehingga akan mampu memberikan kebanggaan bagi pemiliknya. Salah satu peluang untuk menyatakan identitas-diri ini adalah melalui kegiatan seni. Kegiatan seni dianggap potensial oleh karena mampu mengekpresikan identitas-diri kelompok secara alamiah. Melalui seni, simbol budaya, mitos, keyakinan, dan harapan dari suatu kelompok dapat dinyatakan secara efektif dan otentik. Seni sebagai pemberi identitas maksudnya adalah melalui kekayaan seni budaya Indonesia kita mampu menunjukkan jati diri bangsa Indonesia di tengah budaya global.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Proses Pengembangan Seni

Lowenfeld (1975) menyebutkan bahwa “The art process helps the individual grow aesthetically, perceptually, intellectually, emosionally, creatively and technically”, dapat diterjemhkan, “Kegiatan seni dapat membantu individu dalam perkembangan estetik, perseptual, intelektual, emosional, daya cipta, dan teknik”. Berdasarkan hal tersebut di atas, kecerdasan peserta didik pada dasarnya mampu dioptimalkan melalui pendidikan seni yang mencakup fisik, persepsi, pikir (intelektual), emosi (emosional), daya cipta (kreativitas), sosial dan estetika.

a. Pengembangan Fisik.

6

Dalam kegiatan work shop, kemampuan peserta didik dapat dikembangkan melalui kemampuan praktik dan teknik seni. Ungkapan seni memberi pemahaman secara utuh bahwa kekuatan fisik merupakan sumber kualitas dalam pengungkapan ekspresi gerak tari. Kemampuan motorik (kasar dan halus) terpadu sesuai dengan kehendaknya. Pada dasarnya kemampuan motorik untuk melakukan gerakan secara fisik dari peserta didik dilatih untuk memahami segmen tubuh sebagai bahan ekspresi atau kekuatan fisik. Tubuh sebagai bahan perlu dipahami karakteristiknya serta kekuatan-kekuatan sinergi yang mempunyai sifat dan kekuatan dinamik. Pengembangan motorik peserta didik juga dilatih mengolah kemampuan koordinasi ke dalam gerak motorik dengan sensibilitas secara total (penglihatan, pendengaran, dan kepekaan rasa) dalam rangkaian peristiwa atau karakter yang akan diungkapkan terwujud keterpaduan dan dari masing-masing unsur seni yang menjadi satu kesatuan (gerak tari, iringan, ekspresi/karakter, busana, lighting/pencahayaan) dan lain-lain. Perlu dipahami bahwa dalam proses pendidikan seni seluruh segmen kepekaan indra dapat difungsikan. Untuk melaksanakan pendidikan seni dapat pula dilakukan kegiatan mengukur, menganalisis dan mensintesis melalui kemampuan berfikir. Hal yang perlu direnungkan kembali melalui pendidikan seni adalah bagaimana untuk mengantisipasi memotivasi tentang: pengembangan emosional anak, dan pengembangan sikap sosial anak.

b. Pengembangan Persepsi.

Kegiatan berolah seni dapat mengembangkan kemampuan sensorik peserta didik dalam menanggapi pengalaman kehidupan melalui indranya, sehingga kepekaan indra peserta didik dapat berkembang dengan baik, kepekaan anak terlatih dan merupakan modal yang penting untuk kegiatan belajar. Dengan ketajaman persepsi, anak akan mampu menangkap atau merespon gejala-gejala peristiwa yang terjadi atau yang dihadapi saat itu, ditangkap dan dicermati dengan totalitas jiwanya. Oleh karena, itu kemampuan pengetahuan persepsi ini merupakan dasar bagi peserta didik dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Maka melalui kegiatan seni akan termotivasi tentang peningkatan kemampuan daya serap anak dalam kegiatan belajar.

c. Pengembangan Pikir.

Aktivitas seni dapat mengembangkan kegiatan berpikir anak. Hal ini terbukti dengan kemampuan peserta didik dalam mengaktualisasikan pengetahuan yang dimiliki dengan menunjukkan keterkaitan dirinya dengan lingkungannya. Melalui kegiatan pengamatan/apresiasi lingkungan sekitar atau objek yang dia lihat, maka anak akan mengembangkan kesadaran secara aktif, motivasi peristiwa ini secara tidak langsung dapat berpikir kritis. Dengan demikian, kecerdasan peserta didik dalam pengembangan berpikir kritis merupakan dasar dalam kegiatan belajar.

d. Pengembangan Emosi.

Kegiatan berkarya seni merupakan ungkapan emosional anak secara terkendali, yang dapat dilakukan secara spontan atau terstruktur (terkendali). Berarti gejala jiwa paling dalam disadari anak untuk melakukan tindakan. Oleh sebab itu, peserta didik yang mampu mengungkapkan emosi dengan baik akan membuahkan imajinasi, gagasan, berpikir secara terbuka dan fleksibel. Emosi peserta didik apabila dilatih dengan terkendali dan benar akan menumbuhkan kecerdasan emosi. Mengembangkan kesadaran dan kecerdasan emosi sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar.

e. Pengembangan Daya Cipta.

Kegiatan berkarya seni merupakan perwujudan kreativitas dalam penciptaan seni. Kreativitas/daya cipta pada dasarnya merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya akan membias pada pengembangan peradaban manusia (peserta didik). Peradaban itu sendiri merupakan hasil pemikiran yang kreatif. Pendidikan seni idealnya mempunyai kata kunci yaitu pengembangan kreativitas (tentang imajinatif, sensibilitas dan kebebasan) untuk memberi peluang kepada peserta didik dalam proses pengembangan kreativitas. Kreativitas peserta didik dilatih agar mampu mengakumulasikan atau menata unsur-unsur seni menjadi karya seni yang harmonis. Melalui kegiatan berkarya seni (tindakan kreativitas) anak mampu menciptakan dengan mengolah ketajaman perasaan dan kemampuan berpikir kreatif (creative quotient), yang merupakan landasan dasar kegiatan belajar.

f. Pengembangan Sosial.

Kegiatan berolah seni dapat mengembangkan sikap dan perilaku anak dalam bersosialisasi dengan orang lain atau lingkungan (dalam keluarga/masyarakat). Selain itu peserta didik termotivasi untuk dapat berorganisasi atau bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain atau karya orang lain. Sikap dan perilaku ini dalam pendidikan seni dilatih untuk peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya, sebab dalam proses kehidupan seni (baik praktik maupun teori) akan terjadi komunikasi dengan masyarakat (sebagai pelaku, penikmat bahkan pendidik). Dengan kemampuan sosial peserta didik dilatih untuk memahami segala situasi dan kondisi yang dialami sebagai hal yang positif (adversity quotient) merupakan landasan dasar untuk mengembangkan kepribadian.

g. Pengembangan Estetika.

Kegiatan berkarya seni merupakan proses untuk mendapatkan pengalaman estetis. Dengan mengolah kemampuan peserta didik dalam menata unsur-unsur seni berdasarkan konsep estetis diharapkan dapat dicapai keselarasan berpikir. Oleh sebab itu, perlu dikenalkan dan dipahami tentang latar belakang budayanya, agar pengembangan perasaan keindahan dapat terlatih. Pengalaman dan kegiatan semacam ini, selain dapat memperkaya pengalaman jiwa/batin para peserta didik, juga diharapkan mampu memacu ketajaman kepekaan estetika dan artistik mereka. Dengan bekal pengalaman estetika peserta didik diharapkan dapat menafsirkan dan mengerjakan sesuatu untuk kesadaran terhadap nilai-nilai keindahan dalam pengembangan kepribadian yang berbudi luhur.

h. Pengembangan Bakat.

Bakat sebenarnya merupakan kemampuan dasar yang dimiliki manusia sejak lahir. Dalam konteks pemahaman seni bakat tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak ada upaya/untuk mengasuhnya. Dalam proses pendidikan seni bakat peserta didik akan tampak melalui kreativitasnya. Dengan kreativitas diharapkan peserta didik akan termotivasi dan berminat untuk melakukan kegiatan seni. Ditunjang dengan kemampuan pribadi untuk mau melakukan dan berlatih mengenal bentuk-bentuk seni akhirnya peserta didik mempunyai sikap terbuka untuk menerima bentuk-bentuk seni tersebut. Pada akhirnya cenderung memilih mana yang paling lekat dengan jiwanya (disukai). Dari peristiwa/proses inilah bakat peserta didik bisa diamati.

3.2. Proses Komunikasi Seni

Pendidikan seni mempunyai peran untuk mengembangkan berbagai kompetensi dasar yang dimiliki peserta didik dalam kegiatan ekspresi seni. Peran pendidikan seni yang bersifat multilingual secara integratif dapat dipahami melalui beberapa media yaitu media ekspresi, komunikasi, eksplorasi.

a. Media Ekspresi. Bagi peserta didik hal yang terpenting adalah kebebasan mengungkapkan perasaannya. Dengan berekspresi akan selalu terkait unsur: emosi, pikir, imajinasi dan kegiatan-kegiatan yang tanpa memperhatikan apakah pengungkapannya itu diterima orang lain atau tidak. Sikap kebebasan dan kepuasaan dapat mendominasi pribadinya. Sebagai media ekspresi, peserta didik dalam ungkapan seni betul-betul perlu memahami karakternya dan mampu mengutarakan gagasan yang ingin dicetuskan melalui bahasa seni (gerak-tari), (rupa-lukisan), serta keterpaduannya berbagai bahasa seni.

b. Media Komunikasi. Media komunikasi dapat digunakan sebagai media pendidikan seni, komunikasi antara peserta didik dan pengajar atau orang lain. Komunikasi adalah suatu cara untuk berhubungan dalam rangka tertentu kepada orang lain. Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur pengirim pesan, isi pesan, penerima pesan (Kamaril, 1998:123). Dalam proses komunikasi seni, pesan disampaikan oleh seorang pencipta seni berupa gagasan/ide estetik yang diungkapkan ke dalam simbol gerak, bunyi, rupa dan peran dalam bentuk (mimik) wajah. Pesan tersebut ditujukan kepada orang lain atau penghayat/penikmat. Suatu proses itu terjadi jika ada pesan, ada isi pesan dan ada yang dimengerti oleh penerima pesan tersebut.

c. Media Bermain/Bereksplorasi. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kesenangan tanpa memperhitungkan hasil akhimya. Dunia anak dinyatakan sebagai dunia bermain, melalui bermain/bereksplorasi anak dapat memperoleh pengetahuan tentang dunia di sekitarnya (Hurlock dalam Kamaril, 1998). Media bermain/bereksplorasi dalam seni berupa kegiatan berekspresi peserta didik mengungkapkan gagasannya. Mereka termotivasi dengan ungkapan bermain/berekplorasi gerak-gerak tertentu disebut menari yang didukung alat musik sebagai peng­iring atau keterpaduannya. Sama halnya dengan pembahasan tentang bermain/bereksplorasi gerak-gerak tertentu disebut menari yang didukung dengan pembahasan tentang bereksplorasi unsur musik, rupa atau peran. Pada dasarnya bermain/bereksplorasi dapat membangkitkan kesenangan minat belajar pada peserta didik terhadap seni. Dalam proses, peserta didik bisa meniru setelah dia mengamati objek sebagai persepsi. Setelah itu melakukan pemilihan/penjelajahan, dalam sikap selektif apa yang dibutuhkan sebagai media sarana yang mewa­dahi, untuk membangun kondisi tertentu dalam kegiatan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok (kerja sama).

3.3. Proses Seni sebagai Identitas dan Daya Saing Bangsa

Indonesia memiliki berbagai suku dengan sejarah dan latar belakang budaya yang sangat beragam. Hal tersebut tercermin pula dari keragaman bentuk dan sifat kesenian yang muncul serta dapat kita warisi hingga saat ini. Sebagai ekspresi dari masyarakat pendukungnya, kesenian mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Kekayaan seni budaya Nusantara telah mampu memberikan kita sebuah kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berbudaya tinggi.

Namun beberapa dekade terakhir ini berbagai krisis yang menimpa bangsa Indonesia sungguh sangat memprihatinkan kita. Berita-berita tentang semakin merosotnya nilai kebangsaan, persatuan dan kebersamaan hampir setiap hari disuguhkan oleh media cetak maupun elektronik. Masalah itu masih ditambah lagi dengan semakin merosotnya nilai etika dan moral, arogansi, pengalahgunaan obat-obat terlarang, tawuran, terorisme, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kenyataan ini membuat kita bertanya-tanya sudah sedemikian rapuhkah rasa persatuan dan kesatuan serta mentalitas anak bangsa kita? Sekiranya memang benar demikian adanya. Bagaimanakah caranya merekat?

Dalam situasi seperti ini, seni dapat dipergunakan sebagai salah satu perekat. Untuk itu potensi seni budaya kita perlu dioptimalkan, terus dipertahankan dan dikembangkan secara kreatif, sehingga dapat menumbuhkan rasa solidaritas baik sesama bangsa Indonesia maupun dengan bangsa lainnya didunia. Melalui Sekaa, Sanggar, Banjar, Sekolah, dan aktivitas seni budaya seperti Pesta Kesenian, Pesta Seni Remaja, Festival Seni, Gelar Seni, dapat dipergunakan untuk menanamkan nilai budaya bangsa. Dengan penanaman nilai tersebut lewat seni, maka akan dapat memberikan landasan serta dapat dipergunakan untuk beraktivitas secara positif.

Sebagai salah satu contoh (dalam paper Rai, 2005) dikemukakan sebuah even daerah yang kini sudah menjadi even Nasional dan Internasional yaitu Pesta Kesenian Bali (PKB). Pesta Kesenian yang merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Bali mulai dilaksanakan pada tahun 1978 atas gagasan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (alm), Gubernur Bali pada waktu itu.

Yang terpenting dari PKB bukanlah semata-mata produk akhirnya, melainkan proses yang telah dilalui mulai dari perencanaan, latihan, hingga terwujudnya suatu bentuk kesenian yang diinginkan. Dalam proses seperti ini telah terjadi, tidak saja kemampuan berupa keterampilan teknis, melainkan juga adanya penanaman nilai-nilai budaya, pencarian identitas, sekaligus merekatkan seniman, masyarakat, pemerintah, dan unsur-unsur terkait lainnya, di mana hasilnya akan dapat dijadikan sebuah kebanggaan. Sesuai dengan kenyataan yang ada, telah terbukti pula bahwa melalui kegiatan kesenian seperti ini telah memberikan dampak yang positif. Misalnya saja anak-anak muda di beberapa desa atau tempat di Bali yang sebelumnya sering membuat ulah hingga cukup memusingkan keluarga maupun masyarakat, akhirnya dengan bangga mampu menampilkan kebolehannya di atas pentas guna mempertaruhkan nama desa serta kabupatennya di arena PKB. Mereka telah memiliki predikat baru yaitu dari anak jalanan ke anak panggung.

Selanjutnya dalam konsep pendidikan yang holistik, Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. menekankan betapa pentingnya Olah Pikir, OIah Raga, Olah Rasa dan Olah Kalbu sehingga akan menghasilkan insan yang cerdas dan kompetitif. Potensi Indonesia yang ditunjukkan lewat supremasi olah rasa dengan ungkapan estetis yang diwujudkan ke dalam berbagai bentuk karya seni merupakan suatu kekayaan yang tidak ternilai harganya (dalam Rai, 2005)

ISI Denpasar sebagai salah satu Perguruan Tinggi Seni melalui visinya yaitu menjadi pusat penciptaan, pengkajian, penyaji, dan pembinaan seni yang unggul berwawasan kebangsaan demi memperkaya nilai-nilai kemanusiaan sesuai perkembangan zaman, terus berusaha sebagai agen konservasi dan agen perubahan untuk memanfaatkan seni budaya sebagai salah satu sarana pemberi identitas dan perekat bangsa dalam menghadapi jaman globalisasi ini serta untuk meningkatakan daya saing bangsa.

Seperti yang diceritrakan Bapak Wayan Rai, S (sekarang Rektor ISI Denpasar) bahwa aset seni budaya kita, kini tidak saja milik bangsa Indonesia melainkan sudah merupakan milik dunia, Sejak tahun 1950-an kesenian Indonesia telah masuk Universitas terkemuka di Amerika Serikat. Prof. Dr Ki Mantle Hood, salah seorang tokoh Ethnomusicology dunia, telah memasukkan kesenian Indonesia ke dalam kurikulum Institute of Ethnomusicotogy, di University of California Los Angeles (UCLA). Lewat konsep bi-musicality kesenian Indonesia telah dipelajari oleh mahasiswa yang berasal dan berbagai negara. Sejak itulah kesenian Indonesia menyebar ke berbagai kampus, kota, dan berbagai tempat di benua Amerika, Eropa, Afrika, Asia, dan Australia.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan akhir yang dapat diambil penulis adalah sebagai berikut :

1. Seni sebagai salah satu unsur penting kebudayaan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyongsong peradaban dan persaingan global yang penuh dengan dinamika dan tantangan, serta spiritualitas watak kebangsaan.

2. Seni dapat memberikan jati diri yang mampu memberikan kebanggaan dengan identitas lokal dan nasional dalam konteks global.

3. Seni dapat dinikmati melalui keindahan bentuk serta penampilannya, kita akan dapat menikmati keindahan isinya berupa nilai-nilai budaya yang luhur dan diharapkan akan tumbuh rasa saling harga menghargai, rasa saling pengertian, hormat menghormati, rasa kebersamaan, demokrasi, dan lain-lain.

4. Proses seni dengan keanekaragaman didalamnya merupakan mediasi untuk mencegah atau meminimalkan konflik yang terjadi di masyarakat.

5. Sumber daya manusia Indonesia yang memiliki jati diri, watak kebangsaan yang teguh dan kualitas yang tinggi, kita percaya dapat bersaing pada era kesejagatan ini.

14


DAFTAR PUSTAKA

Amir, Hazim. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang. Yogyakarta: Pustaka Sinai Harapan, 1984.

Atmaja, Nengah Bawa. 2006. Menggali Potensi Kebudayaan Etnik, Kebudayaan asional Dalam Konteks Kebudayaan Global. Makalah disampaikan dalam seminar memperingati Dies dan Wisuda Sarjana/Pascasarjana UNHI, Denpasar, 30 Septembner.Bandem, I Made and Fredrik Eugene deBoer. 1981. Kaja and Kelod Balinese Dance in Transition. Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Bandem, I Made dan Sal Murgiyanto. 1996.Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Bandem, I Made.1996. Peranan Seniman Dalam Pembangunan Nasional . Makalah disampaikan pada Kongres Kebudayaan di Jakarta.

Buchori, M. 2002. Pendidikan Pluralisme untuk Pendewasaan Kehidupan Berbangsa. Makalah Workshop Pendidikan Apresiasi Seni: Merayakan Keanekaragaman Budaya Nusantara: PSB-PSUMS.

Darma Putra & Windhu Sancaya, eds. 2005. Kompetensi Budaya dalam Globalisasi. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana dan Pustaka Larasan,

Depdiknas, 2006. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Seni Budaya Sekolah Menegah Pertama. Direktoral Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Sekolah Mengenah Pertama, Jakarta.

Dibia, I Wayan. 2001. “Pluralisme Budaya Sebagai Potensi Membangun Indonesia Baru”. Makalah disajikan di dalam Seminar Plurasilme Budaya Dalam Kehidupan Bangsa, Jakarta: Sinar Harapan.

TUGAS MANDIRI

”Seni Sebagai Pemberi Identitas Dalam Upaya

Meningkatkan Daya Saing Bangsa”

Disusun dan diajukan sebagai syarat praktek dalam mata kuliah

Pembelajaran PKn SD

Program S-1 PGSD FKIP Universitas Terbuka


Disusun Oleh :

BETTY PRASETYANI MEGAWATI

NIM : 818434039

UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA PURWOKERTO

Kelompok Belajar Kecamatan Padamara

Kabupaten Purbalingga

Tahun 2010

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I. LATAR BELAKANG .................................................................. 1

BAB II. PERMASALAHAN ..................................................................... 2

2.1. Apakah Seni itu? ...................................................................... 2

2.2. Peran Pendidikan Seni ............................................................. 3

2.3. Seni Sebagai Identitas dan Perekat Bangsa ............................... 5

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 6

3.1. Proses Pengembangan Seni ...................................................... 6

3.2. Proses Komunikasi Seni .......................................................... 9

3.3. Proses Seni sebagai Identitas dan Daya Saing Bangsa ............... 11

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

iii


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Tugas ini sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap tugas yang telah di tentukan kepada kami sebagai syarat praktek dalam mata kuliah Pembelajaran PKN SD. Adapun materi yang penulis angkat dalam tugas ini adalah mengenai ”Seni Sebagai Pemberi Identitas Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Bangsa”

Penulis menyadari dalam membuat laporan ini masih sangat sederhana dan mungkin masih terdapat banyak kekurangan dan kurang sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun kami harapkan dan tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu, kami sampaikan ucapan terima kasih atas sumbangannya.

Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

ii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar